Selasa, 24 November 2009
TAHANAN LAPAS BUTUH KHATIB JUMAT
”Yang Menjadi Khatib Shalat Jumat adalah teman kami satu sel.”
Bagansiapiapi ( Trp )
sore itu di Lembaga Pemasyarakatan ( Lapas ) Bagansiapiapi, teropong mencoba menyambangi teman yang ditahan karena kasus Pidana, sebut saja namanya Ju (36), saat itu ia sedang santai duduk dengan Napi lainnya. Ada kesan kurang ramah dari raut wajah para Napi saat teropong duduk bersama mereka, tapi perasaan itu hilang seketika saat cerita ngolor ngidul ditemani dengan secangkir kopi dan kerupuk ala Penjara dan kami pun memulai pembicaraan.
”Kalau shalat Jumat khatibnya kadang kadang dari kami sesama tahanan, kemarin yang menjadi khatib si RZ, tahanan kasus Narkoba,” cetus Ju. ”Apa tidak ada Dai dari luar Lapas untuk memberikan siraman rohani?” tanya teropong. ”ada sih, orang nya sudah tua tinggal dijalan pusara, itupun harus kami jemput ke rumahnya” kata Ju. Begitulah sekelumit pembicaraan kami tentang kondisi Mushalla At Taubah Lapas Bagansiapiapi yang jarang di sambangi Dai untuk memberikan siraman rohani kepada tahanan yang haus akan ajaran agama. Kita masih teringat dengan Kwinda Darmasari, sosok wanita yang berumur 23 tahun menjadi pembimbing agama di lapas, hampir setiap hari dia melaksanakan tugas di lapas Porong dan Delta. Begitu halnya dengan Ustadz H Qosim Shaleh Lc MA, Dai jebolan Institute Of Zamalik ( Mesir ) itu pernah berdakwah di Lapas Batu, Nusa Kambangan selama 3 tahun ( 2003-2005 ), ”imajinasi masyarakat tentang Narapidana bertampang sangar dan berhati seram, apakah benar?”tanya Ustadz Qosim. Sebenarnya orang Narapidana adalah orang yang termarjinalkan. Mereka sangat membutuhkan perhatian masyarakat, ungkap Ustadz H.Qosim Shaleh Lc MA. Ia melakukan dakwah dari semua aspek dan lini sosial. Sebanyak 177 Napi di Lapas Nusa Kambangan telah diberikan siraman rohani olehnya, termasuk di tambah hari hari besar Islam, tutur lelaki yang pernah menimba ilmu dinegeri cleopatra selama 16 tahun. Berkaca dari pengalaman diatas sudah selayaknya para Dai yang ada di Kab Rokan Hilir khususnya dibawah wadah seperti LDI atau MUI mengikuti jejak mereka dan memfasilitasi semua Dai yang ada di Bagansiapiapi untuk berdakwah di Lapas Bagansiapiapi. Mereka sangat merindukan ajaran agama untuk membimbing mereka. Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan tapi dengan bimbingan. Sesuai dengan visi dan misi Lembaga Dakwah Indonesia ( LDI ) “Menjadi organisasi dakwah Islam yang profesional dan berwawasan luas, mampu membangun potensi insani dalam mewujudkan manusia Indonesia yang melaksanakan ibadah kepada Allah, menjalankan tugas sebagai hamba Allah untuk memakmurkan bumi dan membangun masyarakat madani yang kompetitif berbasis kejujuran, amanah, hemat, dan kerja keras, rukun, kompak, dan dapat bekerjasama yang baik”. Sejalan dengan visi tersebut tidak ada salahnya untuk memberikan ilmu agama kepada para Napi di Lapas. Perbedaan hanya karena mereka dibatasi ruang dan waktu akan tetapi mereka juga penduduk Indonesia yang butuh pendidikan dan ajaran agama. Ditambah dengan strategi LDI untuk memberikan advokasi, pemberdayaan dan penyadaran masyarakat tentang pentingnya supremasi hukum, kewajiban Azasi manusia, tanggung jawab azasi manusia, serta penanggulangan terhadap publik dan ancaman perusakan lingkungan. Seandainya LDI memahami tugas dan tanggung jawabnya bukan tidak mungkin Dai-dai yang mewakili kalifah Allah di muka bumi untuk memberikan pencerahan kepada umat manusia mempunyai tanggung jawab yang amat besar dipundak mereka. Karena para Napi lebih layak diberikan siraman rohani dari pada umat manusia diluar sana, karena sudah jelas mereka manusia yang dihukum atas kesalahan dan kealpaan mereka didunia ini. Karena keterbatasan ilmu agama sehingga mereka terjerumus kelembah kemaksiatan. Seandainya para Napi tidak dibekali dengan kegiatan kegiatan positif baik dengan pembelajaran dibidang agama atau ketrampilan lainnya sudah barang tentu dengan tingkat kehidupan yang sangat sulit sekarang ini tidak tertutup kemungkinan mereka akan kembali dengan pekerjaan lama. Para Napi di lapas Bagansiapiapi sangat berharap kepada Dai untuk menyempatkan diri menjadi khatib shalat jumat. ”masak yang jadi khatib shalat Jumat dari Napi teman kami satu sel?”tanya Ju seolah meminta jawaban. ”Sudah tentu kami melecehkan Khatib itu pak, sedang dia aja berkasus, masa mau menasehati kami?”ujar Ju sambil tergelak diikuti teman-temannya yang satu sel dengannya. Mereka cuma berharap semoga pahala niat ikhlas dari Dai untuk menyampaikan pesan agama kepada mereka bisa diterima disisiNya. (aam)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar