Sabtu, 10 Agustus 2013



PENGERJAAN PROYEK JANGAN HANYA DIDOMINASI KONTRAKTOR TAK BERTANGGUNG JAWAB

BAGANSIAPIAPI  - Sejumlah proyek pembangunan dialokasikan dalam APBD tahun 2012, hanya dikelola segelintir pengusaha. Padahal, pekerjaan pembangunan itu tidak dibarengi dengan kualitas pekerjaan terbaik. Aksi mengambil untung adalah tujuan, akibatnya, hak-hak rakyat sebagai sasaran pembangunan dikorbankan.  “Kami melihat banyak kontraktor secara teknis berkawan sangat baik dengan pimpinan proyek, konsultan serta lembaga pemerintah. Hasilnya kongkalikong, asal jadi tanpa rasa tanggungjawab besar kepada rakyat. Apalagi lembaga legislatif kita mandul, evaluasi tidak dijalankan beberapa lembaga berwewenang dengan maksimal. Maka kami mengeritik semua ini untuk diperbaiki,” ungkap sekretaris Asosiasi Kontraktor Nasional (Askonas) Rokan Hilir, Firdaus (30/7).

Apa yang kita hasilkan, lanjutnya, proyek-proyek dikerjakan tidak berkualitas, muncul oligarki kontraktor atas aviliasi kekuasaan di Rokan Hilir. Yang ada hanyalah pencitraan. “Di luar atau permukaan tampilannya bagus, tetapi di dalam keropos. Niatnya, yang penting untung. Dan saya harus jujur, semuanya begitu,” ungkap Firdaus. Ia membandingkan proyek-proyek besar di jaman kolonial dengan proyek-proyek yang dikerjakan kontraktor di Indonesia khususnya di Rokan Hilir. “jangan jauh-jauh lagi. Dinding kantor Bea Cukai dan Rumah sakit di Bagansiapiapi zaman peninggalan Belanda, sampai sekarang masih utuh, bagus dan kuat sekali. Padahal bangunan itu sudah mencapai satu abad. Coba lihat turap dan jalan yang dibangun oleh kontraktor kita dengan nilai milyaran, belum 6 bulan, sudah rusak. Ini fakta yang harus jujur kita ungkapkan,” beber nya. 
FIrdaus mengatakan, ASKONAS Siap Menampung Kontraktor Kecil untuk mengerjakan proyek APBD dan APBN. “ Kemarin kita sudah bantu kepala sekolah se Rohil dalam menyalurkan alat kesenian melalui dana APBN. Namun dinas pendidikan kurang respek padahal hanya cukup mengetahui saja,” sesal Firdaus. Proyek yang ada, kata Firdaus, seharusnya bisa dibagi kepada kontraktor kecil, tetapi dilahap semua oleh kontraktor besar. Bagaimana nasib ratusan kontraktor kecil di Rohil. Mereka berhak hidup dan mendapat hak-hak untuk bekerja, sebab kontraktor kecil juga membayar pajak kepada pemerintah. “Kami sebagai bagian dari dunia pengusaha merasa ada ketidakadilan. Pengusaha besar dengan kualitas kurang baik mendominasi, bekerja berdasarkan oligarki kekuasaan dan oligarki politik, kami rasa akan memunculkan bencana. Oleh sebab itu, kami sarankan kepada pemerintah, lembaga-lembaga yang terlibat dalam dunia usaha kontraktor agar memantau serta bersikap adil terhadap sesama,” ungkapnya.

Asosiasi Kontraktor Nasional, menurut Firdaus, di Rokan Hilir adalah untuk memperjuangkan nasib pengusaha-pengusaha kecil menengah. Pihaknya siap menampung kontraktor-kontraktor muda yang belum mendapatkan pekerjaan, padahal untuk mengurus kelengkapan perusahaan saja, kontraktor-kontraktor kecil ini berhutang.  “Hemat kami, kntraktor kecil dan menangah, kontraktor pemula ini harus hidup. Kami siap memperjuangkan nasib kontraktor kecil, kami juga siap memfasilitasi ini dengan pihak-pihak yang berkepentingan terutama pihak pemerintah sehingga semua merasakan kue pembangunan. Jangan hanya kontraktor besar yang diperhatikan, ini kan tidak adil,” tegasnya

Tidak ada komentar:

It's me

It's me

Jemur Island

Jemur Island

Menikmati Keagungan Tuhan

Menikmati Keagungan Tuhan

Lomba Tradisional Sampan Lopap

Lomba Tradisional Sampan Lopap
pacu sampan lopap

Potret

Potret
Masyarakat Bagan
Negeri Seribu Kubah

Gallery

Hai Sobat! Selamat Datang Di Jalan Perwira Bagansiapiapi